Latar Belakang Kesejarahan Pemuda Indonesia
“Pemuda – Subjek Penentu Sejarah Bangsa”
Perjalanan kesejarahan Indonesia,
dari masyarakatnya yang tradisional feodalistik menjadi suatu bangsa dan Negara
modern yang demokratis, bersatu, merdeka dan berdaulat, secara keseluruhan
merupakan resultante dan akumulasi pengabdian, pergerakan dan perjuangan
komponen pemuda dan kepemudaan Indonesia.
Sejarah telah mencatat dan
membuktikan bahwa dipundak pemuda, Indonesia bangkit dan lahir menjadi suatu
bangsa dan Negara modern. Perjalanan kekinian dan masa depan sejarah bangsa
sangat ditentukan oleh kiprah dan kepeloporan pemuda. Tidak diragukan lagi
bahwa komponen pemuda dan kepemudaan di tanah air telah memiliki sumbangsih
yang sangat besar, tak terbantah dan sungguh monumental mulai berdirinya
pergerakan Budi Utomo 1908, tercetusnya Sumpah Pemuda 1928, tercapainya
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, hingga tegaknya Reformasi
dan Demokratisasi bangsa dan Negara Indonesia pasca 1998.
Besarnya peran, tanggungjawab dan
kepeloporan pemuda bahkan sudah diperlihatkan jauh sebelumnya ketika Patih
Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit mengucapkan sumpah Palapanya “yang tidak
akan berpangku tangan bersenang-senang sebelum menyatukan bumi nusantara”.
Gajah Mada yang diyakini masih berusia muda ketika menjadi Patih Kerajaan
Majapahit dan mengikrarkan sumpah mulianya itu, sejatinya memberikan teladan
luhur yang telah diamalkan oleh Pemuda-pemudai generasi terdahulu era 1908,
1928 dan 1945.
Kredibilitas Pemuda di waktu yang lalu sebagai
‘Sang Penentu’ arah perjalanan sejarah bangsa, sudah teruji tampil menghantar
perubahan dan pembaharuan mendasar bagi rakyat. Belajar dari pemuda masa lalu,
tidak sepantasnya pemuda masa kini berdiam diri, bersikap pasrah tergerus arus
menjadi objek dan komoditas belaka. Sudah waktunya segenap komponen dan potensi
pemuda di masa kini dan mendatang bangkit merajut pertalian sejarah menjadi
insan penentu pergerakan, perjuangan perubahan dan pembaruan bagi kemaslatan
hidup rakyat, bangsa dan Negara.
No comments:
Post a Comment